no fucking license
Bookmark

Vaksin Tifoid: Perlindungan Kecil dengan Dampak Besar

Vaksin Tifoid: Perlindungan Kecil dengan Dampak Besar

Hari ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi yang mudah-mudahan bisa jadi pelajaran juga buat kita semua. Temanya mungkin bukan hal baru, tapi saya rasa tetap penting untuk kita bahas: vaksin tifoid, atau orang-orang sering menyebutnya vaksin tipes.

Saya tahu, dalam kesibukan kita sehari-hari sebagai orangtua, banyak sekali hal yang jadi prioritas. Mulai dari urusan sekolah anak, pekerjaan rumah, pengeluaran harian, sampai urusan kesehatan. Tapi kadang, justru karena terlalu banyak yang dipikirkan, kita jadi kurang waspada terhadap hal-hal yang bisa dicegah sejak awal—seperti penyakit tipes ini.

Awalnya Tak Disangka

Saya masih ingat betul kejadiannya, sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu anak saya, Dafa, baru berusia 5 tahun. Lagi senang-senangnya main di luar rumah, kadang susah disuruh cuci tangan, dan makanan kesukaannya itu gorengan abang-abang depan sekolah. Saya tahu itu bukan makanan yang paling bersih, tapi waktu itu saya berpikir, “Ah, anak-anak juga perlu eksplorasi, yang penting daya tahan tubuhnya bagus.”

Eh ternyata, seminggu setelah itu, dia mulai demam. Saya masih tenang, kasih paracetamol dan banyak air putih. Tapi besoknya kok tambah parah? Demamnya tinggi, sudah di atas 39°C, dan anak saya mulai lemas, mual, bahkan muntah.

Kami langsung bawa ke dokter. Setelah diperiksa dan dicek darah, ternyata hasilnya menunjukkan tipes. Saya langsung kaget. Ternyata hal yang selama ini saya anggap “sepele”—kayak jajan sembarangan dan kurang cuci tangan—bisa berujung ke penyakit yang serius.

Masa-Masa di Rumah Sakit

Dafa harus dirawat inap selama 5 hari. Diinfus, disuntik antibiotik, dan nggak boleh makan apa-apa selain makanan lunak dan hambar. Anak saya yang biasanya ceria dan cerewet, mendadak diam saja. Hati ibu mana yang nggak remuk melihat anaknya begitu?

Selama di rumah sakit itu, saya juga sempat ngobrol dengan dokter anak. Beliau tanya, “Bu, Dafa sudah vaksin tifoid belum?” Saya jawab, belum. Ternyata, vaksin ini memang tidak termasuk dalam program imunisasi dasar dari pemerintah, jadi kita sebagai orangtua harus inisiatif sendiri untuk memberikan vaksin tambahan ini.

Setelah Dafa sembuh, saya dan suami sepakat untuk melakukan vaksin tifoid untuk seluruh anggota keluarga. Bukan hanya untuk Dafa, tapi juga adiknya yang masih batita dan kami berdua sebagai orangtua. Tipes ini bisa menyerang siapa saja, bukan cuma anak-anak.

Apa Itu Tipes dan Kenapa Harus Waspada?

Tipes, atau dalam istilah medisnya tifoid, disebabkan oleh bakteri bernama Salmonella typhi. Bakteri ini menyebar lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi, biasanya karena kebersihan yang kurang terjaga.

Gejalanya bisa ringan, tapi bisa juga parah. Mulai dari demam tinggi, lemas, sakit kepala, nyeri perut, hingga diare atau sembelit. Yang lebih berbahaya, kalau tidak ditangani cepat, bisa menyebabkan komplikasi serius seperti perforasi usus (usus bolong) yang butuh operasi.

Dan sayangnya, penyakit ini masih cukup umum di Indonesia. Lingkungan kita, terutama daerah padat penduduk atau sekolah-sekolah, bisa jadi tempat penyebaran yang cepat kalau kita nggak hati-hati.

Manfaat Nyata dari Vaksin Tifoid

Sejak kami sekeluarga divaksin tifoid, alhamdulillah tidak pernah lagi mengalami kejadian seperti dulu. Bahkan saat ada wabah tipes di sekolah Dafa beberapa waktu lalu, dia termasuk anak yang tetap sehat. Mungkin ini juga berkat vaksin tersebut yang membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab tipes.

Beberapa manfaat yang saya rasakan dan pelajari dari vaksin tifoid ini antara lain:

Mencegah terkena tipes – Vaksin ini bekerja dengan merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Jadi, kalaupun bakteri itu masuk ke tubuh, sistem imun kita sudah siap untuk melawan.

Mengurangi gejala jika terkena – Menurut dokter, orang yang sudah divaksin tapi tetap tertular biasanya mengalami gejala yang lebih ringan dan tidak sampai harus dirawat inap.

Melindungi orang di sekitar kita – Dengan kita sehat, kita tidak menyebarkan bakteri ke orang lain. Ini sangat penting, apalagi kalau kita punya anggota keluarga yang rentan seperti lansia atau balita.

Membantu mencegah penyebaran di lingkungan padat – Di sekolah, di tempat kerja, atau tempat umum lainnya, semakin banyak orang yang divaksin, semakin kecil peluang terjadinya wabah.

Lebih hemat biaya – Bandingkan biaya vaksin sekitar Rp 200.000 – Rp 300.000 dengan biaya rawat inap di rumah sakit yang bisa jutaan. Belum lagi kehilangan waktu, energi, dan ketenangan.

Sering Dianggap Sepele

Saya tahu, kadang kita suka menunda urusan vaksinasi karena merasa anak-anak kita sehat. Saya juga dulu begitu. Tapi setelah mengalami sendiri bagaimana tipes bisa begitu menyiksa anak, saya sadar bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.

Banyak juga yang berpikir vaksin tifoid hanya untuk anak-anak. Padahal orang dewasa juga bisa kena. Bahkan suami saya sendiri pernah tipes saat masih kuliah karena sering jajan sembarangan. Jadi, vaksinasi ini bisa diberikan ke semua usia, mulai dari anak usia 2 tahun hingga dewasa, dan perlu diulang setiap 3 tahun.

Cara Mendapatkan Vaksin Tifoid

Vaksin ini tersedia di banyak tempat kok. Kita bisa mendapatkannya di:

Puskesmas – Beberapa puskesmas menyediakan vaksin tifoid dengan harga yang lebih terjangkau.

Rumah sakit atau klinik anak – Biasanya bagian vaksinasi sudah tahu jadwal dan jenis vaksin apa yang dibutuhkan anak sesuai usianya.

Layanan vaksinasi rumah (homecare) – Kalau kita repot keluar rumah, sekarang banyak layanan yang bisa datang ke rumah untuk vaksinasi.

Yang penting, pastikan tempat vaksinnya resmi dan vaksinnya tersertifikasi.

Jangan Tunggu Sampai Terlambat

Teman-teman, saya bukan dokter atau tenaga kesehatan. Saya hanya seorang ibu yang belajar dari pengalaman. Tapi saya percaya, kalau satu pengalaman buruk bisa dicegah dari orang lain yang mau mendengar cerita saya, itu sudah cukup berarti.

Anak-anak kita adalah investasi kita yang paling berharga. Mereka sedang tumbuh, belajar, dan penuh potensi. Jangan biarkan mereka kehilangan waktu berharga hanya karena kita menyepelekan satu langkah pencegahan.

Kalau boleh saya sarankan, luangkan waktu untuk cek jadwal vaksinasi anak-anak kita. Tanyakan ke puskesmas atau klinik, apakah sudah termasuk vaksin tifoid atau belum. Kalau belum, sebaiknya segera dijadwalkan. Kita nggak pernah tahu kapan bakteri itu menyerang.

Bagi yang sudah pernah divaksin lebih dari 3 tahun lalu, jangan lupa juga untuk booster (ulangan vaksin). Karena kekebalan dari vaksin ini memang tidak seumur hidup.

Saling Mengingatkan

Saya tulis cerita ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk saling mengingatkan. Kadang kita perlu dengar dari sesama orangtua agar lebih tersentuh. Saya pun belajar banyak dari cerita teman-teman lain soal kesehatan keluarga.

Semoga cerita saya ini bisa jadi pengingat bahwa langkah kecil seperti vaksinasi bisa berdampak besar bagi masa depan anak-anak kita. Dan kalau teman-teman punya pengalaman serupa, saya juga senang sekali kalau kita bisa saling tukar cerita. Karena semakin banyak yang peduli, semakin kuat pula perlindungan yang bisa kita berikan untuk lingkungan kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Catatan Tambahan:

Kalau ada yang mau tahu daftar tempat vaksin terdekat atau mau diskusi soal biaya, saya punya beberapa informasi yang bisa dibagikan. Silakan saja hubungi atau tanya, insyaAllah saya bantu semampu saya.

Follow Kami di Sosial Media:
Jangan lupa share ke teman-teman kamu!
Iklan
Iklan akan ditutup dalam 10 detik